Intinya, sinetron
itu berkisah tentang siswa-siswa high school(setingkat SMA). Di Afsel
hanya ada elementary school yang terdiri dari kelas I sampai VII.
Kemudian, sekolah dilanjutkan ke high school dari kelas VIII sampai XII.
Dalam
kisah itu, para siswa menyiapkan pesta kelulusan. Mereka akan
mengadakan pesta di rumah salah satu siswa yang besar dan luas. Namun,
sebelum pesta tiba-tiba ada tulisan-tulisan di sekolah yang mengejek
para siswa yang masih perjaka dan perawan. Seolah, hal sakral dan
terpuji itu justru dianggap aneh oleh orang Afsel, manakala mereka sudah
menginjak usia 18 tahun.
Lalu, terjadilah pesta
kelulusan itu. Dan, siswi yang tadinya perawan dan siswa yang tadinya
perjaka berusaha melepasnya di malam itu. Di lantai atas sudah tersedia
beberapa kamar untuk melepas keperawanan dan keperjakaan itu. Siswa yang
menemukan pasangan atau pasangan lama bisa bergantian memakai kamar
untuk melakukan hubungan seks.
Menurut orang-orang
Afsel, pesta itu selalu terjadi di bulan Juni atau awal Juli, ketika
datang masa kelulusan high school. Biasanya, pesta dilakukan secara
sembunyi-sembunyi atau dikemas seperti pesta kelulusan biasa.
Tahun
ini, banyak pesta sembunyi-sembunyi, baik secara berkelompok maupun
berdua dilakukan sebelum Piala Dunia 2010. Tentu, pesta melepas
keperawanan dan keperjakaan. Dengan demikian, mereka akan bisa menikmati
Piala Dunia 2010 dengan status "membanggakan" bagi pendapat mereka.
"Ya,
di sini ada tradisi seperti itu. Sepertinya pengaruh dari Amerika.
Biasanya sehabis kelulusan. Bagi yang masih menjaga norma, ini tentu
mengkhawatirkan," kata Djaka Widyatmadja, staf KBRI di Pretoria, yang
sudah tinggal di Afsel selama 15 tahun.
Hal itu
dibenarkan oleh Lesogo, seorang sukarelawan Piala Dunia yang bermarkas
di FIFA Fan Fest Inner Free Park, Johannesburg. Menurutnya, di Afsel
jika sudah berumur 18 tahun bebas menentukan pilihan dan bertindak.
Bahkan, mereka juga bebas berhubungan seks, atau memutuskan menikah,
karena sudah dianggap bisa bertanggung jawab dan mandiri.
"Terus
terang, saya juga melakukan hal itu dan itu sudah lumrah. Tapi, saya
melakukannya setelah berumur 18 tahun. Di Afsel, berhubungan seks dengan
gadis di bawah 18 tahun merupakan pelanggaran hukum dan bisa didakwa
dengan pasal pemerkosaan yang hukumannya sangat berat," kata Lesogo.
Meski
begitu, kasus hilangnya keperawanan di Afsel bisa terjadi saat masih
kecil di bawah 18 tahun. Ini berhubungan dengan keyakinan lokal. Dan,
praktik seperti ini masih sering terjadi. Bahkan, praktik ini sempat
ngetren karena ada isu bahwa AIDS bisa hilang jika berhubungan seks
dengan balita.
Sebagai catatan, kasus HIV/AIDS di
Afsel masih tinggi. Bahkan, Afsel termasuk negeri paling banyak pengidap
AIDS-nya. Menurut catatan UNAIDS pada 2007, jumlah penderita AIDS di
Afsel mencapai 5.700.000 orang. Artinya, Afsel menjadi negeri paling
tinggi dalam hal jumlah penderita AIDS.
Menyambut
Piala Dunia tahun 2010 lalu, kabarnya pesta melepas keperawanan dan
keperjakaan cukup banyak. Memang dua hal itu tak ada hubungannya. Namun,
mereka ingin menikmati Piala Dunia bersama pacarnya dan sudah dalam
status sering berhubungan seks.
Yang pasti, hubungan
antara pemuda dan pemudi di Afsel memang bebas. Bahkan, tak jarang
mereka mempertontonkan kemesraan, baik pelukan maupun ciuman bibir, di
depan umum tanpa rasa risih. Orang-orang di sekitarnya pun juga cuek
saja, seolah sudah menjadi pemandangan biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar